Memahami Kalimat Tauhid La Ilaha Illallah


Syahadat

Segala puji hanya milik Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain-Nya, tidak ada sekutu baginya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan pada baginda Nabi Muhammad, keluarga, para shahabat, dan siapa saja yang senantiasa menghidupkan ajarannya.

Kunci seseorang memeluk agama Islam adalah mengikrarkan dua kalimat syahadat dengan penuh keyakinan serta menjalankan segala konsekuensinya. Menjalankan konsekuensi syahadat tidak akan pernah tercapai manaka orang yang mengucapkannya tidak memahami apa yang diucapkannya. Oleh karena itu, tidak heran jika sering dijumpai ada seorang Muslim yang masih melakukan ritual-ritual berbau syirik yang sebenarnya sangat bertentangan dengan konsekuensi syahadat. Jika demikian, apa manfaat ia mengucapkan syahadat? Apakah hanya sekedar ucapan di lisan tanpa ada bukti nyata?

Perlu diketahui bahwa kalimat tauhid merupakan kalimat teragung yang sudah disyariatkan pada umat-umat terdahulu. Dan inilah yang menjadi tugas dakwah para Nabi dan Rasul serta kewajiban yang paling diwajibkan oleh Allah atas seluruh hamba-Nya.

Dalam pada kalimat tauhid laa ilaaha illallah ini terdapat keutamaan yang sangat besar, sebagaimana yang telah tertera dalam Al-Quran maupun Sunnah. Di antara keutamaan-keutamaan tersebut antara lain sebagai berikut.

Allah berfirman, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampurnya dengan kezhaliman, mereka akan memperoleh rasa aman dan merekah orang yang memperoleh petunjuk.”

Yang dimaksud dengan kezhaliman pada ayat di atas adalah kemusyrikan. Demikian Rasulullah ﷺ mentafsirkan makna zhalim. Karena kezhaliman, sebagaimana menurut penjelasan para ulama, ada tiga macam. Zhalim terhadap orang lain, zhalim terhadap diri sendiri, dan zhalim terhadap haq Allah Ta’ala. Jenis kezhaliman yang terakhir inilah kezhaliman yang paling keji. (Lihat I’anah Al-Mustafid)

Al-Bukhari dan Muslim melaporkan, dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit –radhiyallahu ‘anhu-, Rasulullah ﷺ bersabda, “Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, ‘Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya, kalimat-Nya Dia lontarkan pada Maryam dan, Surga adalah haq adanya, dan neraka juga haq adanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga seberapa pun amalannya.”

Al-Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari hadits ‘Itban, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan la ilaha illallah dengan mengharap wajah Allah.”

Abu Sa’id Al-Khudri meriwayatkan dari Rasulullah ﷺ, beliau menceritakan, “Musa berkata, ‘Wahai Rabb-ku, ajari aku sesuatu yang dapat kugunakan mengingat dan berdoa pada-Mu.’

Allah berfirman, ‘Musa, katakan la ilaha illallah.’

Musa berkata, ‘Wahai Rabb-ku, semua hamba-Mu mengatakan itu.’

Allah berfirman, ‘Musa, seandainya langit yang tujuh beserta penghuninya selain Aku, dan bumi yang berlapis tujuh dalam satu telinga timbangan, sementara la ilaha illallah berapa dalam satu telinga timbangan yang lain, akan lebih berat la ilaha illallah.’”

Hadits riwayat Ibnu Majah dan Al-Hakim.

Beberapa ayat dan hadits di atas kiranya sudah dapat mewakili begitu besar dan agungnya kalimat tauhid la ilaha illallah. Kendati demikian, apakah kaliat tauhid tersebut dabat membuahkan keutamaan-keutamaan seperti di atas dan dapat membuat sah keislaman seseorang jika seandainya hanya sekedar diucapkan di lisan saja tanpa mengetahui maknanya? Tentu saja jawabannya tidak. Sebab, jika hanya sekedar diucapkan di lisan tanpa mengetahui maknanya, lantas apa bedanya dengan burung beo?

Kenapa harus pembahasan la ilaha illah? Bukankah kalimat tersebut sudah ramai diucapkan orang-orang? Semua orang pun sudah mengetahui maknanya?

Membahas kalimat tauhid la ilaha illallah berarti membahas pokok dasar agama Islam. Namun demikian, sering kita jumpai pemahaman sementara sebagian muslim ternyata tidak sesuai dengan apa yang diterangkan dalam banyak ayat dan hadits, seperti yang akan segera kita ketahui nanti. Lebih parahnya, banyak masyarakat Muslim yang tidak selektif dalam menerima ajaran Islam. Dalam masalah agama kerap mereka kesampingkan. Jika mengalami suatu permasalahan yang berkaitan dengan agamanya, tidak malah bertanya kepada pakarnya, namun hanya mencukupkan diri bertanya pada kawan sejawat yang semisalnya, yang sama-sama awam. Padahal Allah telah menegaskan dalam Al-Quran, “Jika memang kamu tidak tahu, bertanyalah pada pakarnya.” Karena keengganan melaksanakan ayat ini, akibatnya banyak jawaban-jawaban aneh yang diterima, yang tentu dapat menjerumuskan ke dalam jurang api kebinasaan.

Kenyataan di atas menjadi sangat berbeda jika berkenaan dengan permasalahan keduniaan. Masalah kulit, misalnya. Hampir-hampir tidak ada yang mengalami permasalahan tersebut yang tidak mendatangi spesialis di bidangnya walaupun harus mengeluarkan banyak biaya. Ia tidak mau sembarang bertanya. Sebab ia tahu, bahwa jika ia bertanya pada orang yang tidak pakar, justru malah akan mengakibatkan kerugian.

Inilah fenomena yang kerap kita jumpai di tengah masyarakat. Agama hanya dijadikan sampingan, sementara dunia dijadikan sebagai prioritas. Padahal, kebahagiaan di dunia dan akhirat tidak pernah bertumpu pada hal-hal yang berbau keduniaan. Semua ada pada agama.

“Siapa yang mengerjakan amal shalih, laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, tentu Kami akan memberinya kehidupan yang baik,” demikian kata Allah ‘Azza wa Jalla.

Oleh sebab itu, mari kita perhatikan benar-benar ‘aqidah kita. Inilah yang menjadi prioritas utama diciptakan jin dan manusia.

Lantas, apakah makna kalimat tauhid la ilaha illallah? Para ulama telah menjelaskan, bahwa makna kalimat la ilaha illallah adalah tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Sebab, dalam kalimat tersebut, sebagaimana penjelasan Syaikh Muhammad Nur bin Isma’il Al-Fathani dalam Kifayah Al-Muhtadi, “Karena pada makna la ilaha illallah itu menafikan ketuhanan daripada yang lain daripada Allah dan menetapkan ketuhanan itu bagi-Nya jua.”

Lebih dari itu, Syaikh Ahmad Khathib Al-Minangkabawi dalam An-Nafahat menjelaskan bahwa seandainya yang dimaksudkan dalam kalimat tauhid tersebut adalah mutlak tuhan, yaitu seperti makna tiada tuhan selain Allah, tentu dusta. Alasannya karena pada kenyataannya ada tuhan-tuhan lain yang disembah selain Allah. Kalau dimaknai seperti itu, lalu apa manfaatnya kalimat tauhid?!

Apa yang beliau sampaikan memang benar adanya. Betapa banyak kita jumpai ada tuhan-tuhan yang disembah selain Allah. Ada salib, ada patung, ada pohon, ada matahari, ada kuburan, dan seterusnya. Akan tetapi ketuhanan benda-benda itu tidak dapat dibenarkan. Karena hanya Allah jualah Dzat yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya.

Dalil yang memperkuat makna tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah sangatlah banyak, antara lain firman Allah,

Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, ‘Sesungguhnya aku tidak bertanggungjawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.’ Dan (lbrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.”

(QS Az-Zukhruf: 26-28)

Juga firman-Nya, “Katakanlah, ‘Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS Alu ‘Imran: 64)

Dalil lain yang menegaskan makna kalimat tauhid yang benar adalah sabda Rasulullah ﷺ seperti yang terdapat dalam Shahih Muslim, “Siapa yang mengucapkan tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan mengingkari segala sesuatu yang disembah kecuali Allah, niscaya Allah akan mengharamkan harta dan darahnya, dan peradilan ada pada Allah ‘Azza wa Jalla.”

Dalam Kitab At-Tauhid, Syaikh Muhammad bin Sulaiman At-Tamimi menjelaskan, “Hadits ini termasuk penjelasan teragung makna la ilaha illallah. Sebab, ada penjelasan sekedar berucap saja tidak menyebabkan darah dan harta terlindungi, tidak pula hanya sekedar mengetahui makna beserta lafalnya, tidak pula hanya sekedar pengikraran, dan bahkan harta dan darahnya tidak menjadi haram sampai melakukan hal-hal tersebut beserta pengingkaran segala sesuatu yang disembah selain Allah. Apabila ragu atau berhenti (tanpa ada pengkafiran segala sesuatu yang disembah kecuali Allah), harta dan datahnya tidak menjadi haram.”

Lalu, bagaimana dengan makna yang banyak beredar di tengah masyarakat, yaitu tidak ada tuhan selain Allah? Kenapa harus ada imbuhan ‘yang berhak disembah’? Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan menjelaskan dalam Kitab At-Tauhid, “Ini batil. Karena mengandung makna sesungguhnya setiap yang disembah, yang haq maupun yang batil, itu semua adalah Allah.”

Makna tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah inilah yang difahami oleh orang-orang ‘Arab ketika mendengar la ilaha illallah, yang Muslim maupun yang kafir.  Adapun orang-orang yang memahaminya dengan keliru, dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Sulaiman An-Najdi, “Mereka itu seburuk-buruk orang, Abu Jahal lebih mengetahui makna la ilaha illallah daripada mereka.”

Syaikh Shalih bin ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh menjelaskan lebih lanjut dalam At-Tamhid, “Dahulu Abu Jahal memahami kalimat ini, makanya ia enggan mengucapkannya. Seandainya maknanya adalah ‘tidak ada tuhan yang ada’, seperti yang disangka oleh banyak orang di zaman ini dan orang-orang sebelumnya, tentu mereka akan mengucapkannya dengan mudah, akan tetapi mereka tidak mengetahui makna-makna yang terkandung di dalamnya.” ًWallahua’lam. []

 

Artikel pertama kali dipublikasikan di Buletin Al-‘Ilmu Palembang

Penulis: Firman Hidayat Marwadi

11 Comments

  1. Salamu’alaikum.. Kenapa orang islam kita yang mengaku muslim mukmin, kebanyakan nya sanggup bermusuh musuhan sesama sendiri, sehingga terjadi nya pembunuhan sesama sendiri yang berlaku masakini kekejian kezaliman . Apa sebab nya? Kalau tak tahu kena belajar lagi. He..he..

    1. Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh.

      Pertama kali penulis sampaikan selamat datang di blog sederhana yang masih banyak kekurangannya di sana-sini. Mudah-mudahan apa yang penulis sajikan disini dapat disantap dengan nikmat.

      Selanjutnya, jawaban untuk pertanyaan yang disampaikan di atas, sebenarnya lebih kepada pemahaman masing-masing orang terhadap Islam. Mereka yang memahami Islam dengan benar, tentu jauh sangat akan terjerumus pada tindakan keji seperti yang diutarakan dalam pertanyaan. Di antara ajaran Islam ialah seruan hidup secara damai. Islam tidak pernah tersebar melalui pedang kecuali jika terpaksa. Dan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin sangat jauh dari sikap tindakan kekerasan dan sangat tidak setuju dengan tindakan anarkis. Kepada orang kafir saja tidak boleh sembrono menumpahkan darah, apatah lagi kepada sesama Muslim yang dikatakan oleh Allah, “Kaum mukmin itu saling bersaudara.”

      Hanya saja karena banyak orang Muslim hari ini yang jauh dari ajaran Islam yang sesungguhnya dan lebih mengedepankan hawa nafsu dan kebodohannya, sehingga terjadi apa yang terjadi.

      Jalan keluarnya hanya satu, pelajari Islam secara matang melalui sumber aslinya dengan mencukupkan diri dengan pemahaman Salaful Ummah, generasi terbaik umat ini. Imam Malik -rahimahullah- pernah mengatakan, “Generasi ini tidak akan berjaya kecuali dengan melaksanakan apa yang sudah diterapkan generasi pertama.” Wallahua’lam.

      1. BIIZNILLAH.. Sungguh benar yang apa saudara katakan.. Kalimat Tauhidul Dzat adalah LA ILAHA ILLALLAH. ISMU DZAT YANG MAHASUCI LAGI MAHATERTINGI. LAISA KAMITHLIHI SYAI’UN. WAHUWA MA AKUM AINAMA KUNTUM. AS SALAMU’ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH.

      2. SALAMU’ALAIKUM.. Kebanyakan A’liem Ulamak islam senang memperkatakan hal Tauhid.. Tapi payah menjelaskan makna yang sebenarnyanya kepada pihak yang ramai. Kalau Abu Jahal lebih mengetahui makna nya.. Bagaimana dengan orang zaman ini yang kebanyakan nya maseh jahil maknanya? Sedemikian itu tanpa di sadari.. Kebanyakan orang hanya menyembah Nama sahaja bukan maknanya.. Tanpa mengetahui Nya.. Maka terjadilah Sunni Vs Syi’ah.. Mohamadiah.. Wahabi.. serta yang lain nya..hanya berkata Wallahua’lam masih telor separuh masak iman nya. Jauh beza dari iman nya para tabi’in dahulu tanpa remeh temeh.. dari iman nya kebanyakan mazhab mazhab yang bertenangan dgn akidah Tauhidul Dzat Yang Mahasuci Lagi Maha Tertinggi. Amiien.

      3. APA AGAMA BUNDA DAN AYAHANDA NABI MUHAMMAD SAW. DAN JUGA APA AGAMA NYA ABU TALIB PAMAN NABI MUHAMMAD SALALLAHU A’LAIHI WASALLAM.

      4. TAUHID TIDAK HANYA ILMU UNTUK MENGETAHUI DAN MENGAKUI KEKUASAAN SERTA KEESAAN TUHAN. JIKA HANYA DEMIKIAN, MAKA IBLIS PUN SUDAH SAMPAI PADA TAHAP MA’RIFAT. IBLIS TELAH MENGAKU BAHWA TUHAN ITU ESA DAN MAHA KUASA. NAMUN PENGAKUAN NYA TIDAK DI IKUTI DENGAN SIKAP TUNDUK TER HADAP NUR NABI MUHAMMAD SALALLAHU A’LAIHI WASALLAM. TANPA KEHADIRAN NUR NABI MUHAMMAD SALALLAHU A’LAIHI WASALLAM, KESULUROHAN NYA MAKHLUK SERTA SEISINYA ALAM SEMESTA PUN TIDAK ADA.. IBLIS PUN DI JADI KAN DARI NUR NABI MUHAMMAD SALALLAHU A’LAIHI WASALLAM..BEGITU JUA KITA SEBAGAI UMAT MUHAMMAD HARUS BERSIKAP TUNDUK TANDA HORMAT TER HADAP FIRMAN DAN SABDA NABI MUHAMMAD SALALLAHU A’LAIHI WASALLAM SUMBER SEGALA INTISARI ILMU, IMAN, ISLAM, IHSAN DAN TAUHID SERTA MA’RIFATULLAH. Sekian.. SELAWAT DAN SALAAM.

  2. UMMAT MUHAMMAD HARUS PERLU MENGETAHUI DZAT DAN SIFAT NYA SENDIRI,, MENURUT AKIDAH KALIMAT TAUHID DAN KALIMAT RASUL..!!! ISLAM ITU INDAH MUDAH LAGI BERKAH..!!!

Tinggalkan komentar